Sabtu, 31 Januari 2009

Belajar dari Kegagalan

Pada sebuah proses seleksi penerimaan eksekutif di sebuah perusahaan Besar, dilakukanlah test secara bertahap. Tahap pertama adalah seleksi berdasarkan test Akademis , test yang ke dua Psikotest , dan lain-lain , yang sesuai dengan prosedur perusahaan itu. Akhirnya terjaringlah 3 orang kandidat yang terbaik. Kini giliran Sang Boss sebagai business owner , melakukan Judgement “yang terbaik” dari ketiga orang tersebut.

Tiba waktunya orang pertama menjalani test. Setelah dipanggil oleh sekretaris Boss, maka orang pertama ini , sebut saja Si Badu, berjalan dengan gaya Full Confidence menuju ruangan Sang Boss. Setelah mengetuk pintu, dia dipersilahkan masuk ruangan. “ Selamat pagi Pak!” , sapa si Badu kepada Boss. “ Mmmm, pagi ” sahut Sang Boss. “Anda yang bernama Badu? “ . “Benar Pak” jawab Badu dengan bersemangat.
“Kita to the point saja ya!” seru Sang Boss, karena Dia memang sangat sibuk, jadi tidak punya waktu untuk basa-basi. Lantas Sang Boss pun mulai mengajukan pertanyaan kepada kandidat yang sangat Pede ini.
“Coba anda ceritakan kegagalan apa yang pernah anda alami, sehingga membuat anda sangat terpukul, trahoma, bahkan ketakutan !” ujar Sang Boss dengan lugas.
Dengan bernafsu si Badu langsung menyambar pertanyaan Boss tersebut dengan jawaban, “ Tidak, sama sekali tidak Pak”. “ Selama perjalanan karir saya, saya belum pernah mengalami kegagalan, alias Gatot. Paling juga salah kecil-kecilan. Semual Job yang diberikan Pada saya saya kerjakan dengan baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan , hingga evaluasi. Semua berjalan lancer-lancar saja”.
“Cukup”, “ Anda sudah dapat kembali ke tempat semula, tunggu informasi dari kami, terimakasih telah mengikuti test ini”.

Kini giliran Si Bodo yang menjalani test. Setelah dipanggil oleh Sang Sekretaris Boss, Bodo mengetuk pintu ruangan Boss dengan Full power. Terdengar Jawaban, “ Masuk!’.
“Selamat Pagi Pak!”. sapa si Bodo kepada Boss. “ Mmmm, pagi ” sahut Sang Boss.
“Anda yang bernama Bodo? “ . “Benar Pak” jawab Bodo dengan penuh antusias. Lantas, serupa dengan kandidad yang pertama , Bodo pun diminta to the point saja.
“ Saudara Bodo!, Coba anda ceritakan kegagalan apa yang pernah anda alami, sehingga membuat anda sangat terpukul, trahoma, bahkan ketakutan luar Biasa!” ujar Sang Boss dengan tegas.
Dengan penuh Power Si Bodo menjawab pertanyaab Sang Boss, walaupun Sang Boss belum sempat menghela nafas. “ Pernah sih pak, pada saat akan melakukan presentasi kepada Klient , Saya lupa membawa berkas-berkas yang semalam suntuk saya siapkan bersama Boss saya, sehingga Sang Boss saya marah besar, kejadian ini membuat saya ketakutan setiap saat”.
“Cukup”, “ Anda sudah dapat kembali ke tempat semula, tunggu informasi dari kami, terimakasih telah mengikuti test ini”.

Sang Boss pun kelihatan semakin bernafsu, Dia memerintahkan sekretarisnya untuk segera memanggil Calon ketiga alias calon pamungkas. Kali ini Sang Boss sudah nggak pake tedeng aling-aling lagi, Bahkan menanyakan nama calon yang akan diinterview pun sampai lupa. Setelah Calon ketiga ini, sebut saja Si Budi, duduk dengan tenang di hadapanya, Sang Boss langsung mengajukan pertanyaan.

“Coba anda ceritakan kegagalan apa yang pernah anda alami, sehingga membuat anda sangat terpukul, trahoma, bahkan ketakutan luar Biasa!” ujar Sang Boss buru-buru.
Budi menjawab dengan tenang, “ Baik Pak, Sewaktu saya dipercaya memimpin Project “P”, saya salah dalam memilih strategi, yang saya jalankan pada waktu itu Strategi “S”, sehingga project berjalan sangat lamban. Saat itu saya didamprat Boss saya, dan saya dipecat karena Perusahaan kena sanksi “ . “Belakangan setelah saya pelajari berulang ulang ternyata strategi yang paling sesuai dengan iklim didaerah berawan adalah strategi “B”.
“Cukup”, “ penjelasan anda bagi saya cukup, Kapan anda siap Bekerja ?”

Nah! Pembaca yang budiman, cukup unik bukan cara Sang Boss mengambil keputusan dlam menyeleksi ketiga kandidat di atas ? Mengapa Boss satu ini dengan mudahnya dapat memilih Budi untuk duduk menjadi salah satu Eksekutif di perusahaanya? Ternyata simple sekali jawabanya, Sang Boss Juga pernah mengalami kegagalan seperti yang dialami oleh Budi.Sang Boss Yakin seyakin-yakinya bahwa Budi tidak akan mau GAGAL untuk yang kedua kalinya. Cukuplah Budi GAGAL di tempat lain, tapi di tempatku tidak akan, dan tak akan kubiarkan. Karena Kami berasal dari arah yang sama dan menuju arah yang sama pula. BELAJAR DARI KEGAGALAN, dan tidak mau GAGAL untuk kedua kali. Bagaimana Dengan Anda?

Pembaca yang gemar Belajar, Jangan Takut SALAH, karena orang sukses belajar dari kegagalan . Kita tidak perlu bergagal-gagal ria terlebih dahulu sebelum mereguk kesuksesan. Tapi Ciri-ciri orang sukses tidak pernah APRIORI dengan sesuatu yang BARU atau PERUBAHAN, karena perubahan adalah cirri adanya PERKEMBANGAN. Maka lalukan sesuatu yang berharga untuk hidup anda sekarang, saat ini, jangan tunda esok.

Pada waktu Thomas Alpha Edison telah gagal 999 kali, sebelum sukses pada percobaanya yang ke 1000 kali , Dia berujar, “ Minimal Saya sudah menemukan 999 cara GAGAL , yang harus dihindari kalau ingin berhasil “. Spektakuler Bukan ? SALAM SUKSES

1 komentar:

  1. gagal adalah pelajaran menuju sukses.salam kenal.kunjung balik ya

    BalasHapus