Kamis, 11 Juni 2009

7 MUDA ( Seri pembelajaran KAIZEN OF LIFE )

Dapatkah prinsip manajemen jepang kita terapkan dalam Hidup ?

Muda ( Pemborosan ) hal yang dihindari,

Kaizen ( Perbaikan berkelanjutan ) hal yang sangat dianjurkan.

Pokayoke ( Foolproof,anti lupa/anti bodoh ) suatu piranti penjamin

Tiga kata Jepang ini adalah rahasia kesuksesan Orang Jepang. Ingin Tahu lebuh lanjut?

Muda ( Pemborosan ) adalah materi yang wajib diketahui dan dipahami oleh karyawan dalam dunia Manufaktur. Wajib diketahui untuk dihindari karena pemborosan adalah musuh utama yang harus diberangus dan dihindarkan di dalam dunia produksi.

Sebagai “insan” dunia manufactur / produksi, saya mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, sebut saja “Kaizen of Life” disingkat KoL.

Istilah KoL ini saya create sendiri, bukan atas referensi dari literature lain. Tapi bila ada yang sudah mendahului penggunaan istilah ini, mohon maaf saya bantu sosialisasinya melalui situs dan tulisan saya berikutnya.

KoL ini akan dikembangkan secara berseri dan berkesinambungan sesuai spirit Kaizen itu sendiri.

Agar mudah mengingat jenis-jenis pemborosan, maka ditemukanlah satu kata sebagai “jembatan keledai” untuk muda-muda tersebut yaitu : DOWNTIME. Jembatan keledai ini saya dapat dari salah seorang staff ATPM otomotif kondang saat berkunjung ke kantor kami di bilangan Cikarang.

DOWNTIME, adalah sebuah kata yang jitu dimana secara harfiah berarti “waktu yang terbuang sia-sia”, huruf demi hurufnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1.D = Defect

Defect berarti cacat , rusak , penyakit, sesuatu yang tidak baik dapat disebut defect.

Defect hal pertama yang harus dihindari. Artinya kita harus melakukan segala daya dan upaya agar product yang kita buat tidak mengalami kerusakan agar tidak merugi.

Demikian juga dalah hidup sehari-hari, kita harus menjaga output hidup dan kehidupan kita agar terhindar dari cacat atau kerusakan yang dapat membuat hidup kita tercela, dan tentu jauh dari kebahagiaan. Sebagaimana sebuah produk yang cacat biasanya akan disingkirkan dan harus menunggu “hakim” apakah dapat diperbaiki atau harus dibuang ke tempat sampah.

Hindarilah kesia-siaan dalam hidup yang diakibatkan oleh cacat dan kerusakan yang seharusnya dapat kita cegah. Buatlah “piranti” yang dapat mencegah diri kita tergoda atau terjerumus ke dalam kerusakan.

2.O = Over Production

Over Production berarti membuat berlebihan,permintaan 100 buah,diproduksi 150 buah. Lebih 50 buah.

Implementasinya sangat mudah kita pahami, yaitu berikanlah sesuatu yang dibutuhkan sejumlah yang diminta , tidak lebih tidak kurang.Kata kunci dari muda yang kedua ini adalah “ terlalu”. Yang namanya terlalu, pasti tidak pas. Contoh : terlalu besar, terlalu panjang, terlalu panas, terlalu jauh, terlalu lama , dan terlalu-terlalu yang lain…

Dalam bekerja pun berlaku hal yang sama, apabila jam kerja kita terlalu panjang, maka secara alamiah kualitasnya pun cenderung turun dan tidak terkendali secara sempurna. Oleh karenanya hidarilah sesuatu yang berkonotasi “Terlalu”.

3.W = Waiting

Waiting berarti menunggu. Menunggu itu tidak menghasilkan apa-apa, hanya membuang-buang waktu. Padahal “ Time is Money”. Secara gamblang dapat disebut bahwa menunggu itu buang-buang uang.

Agar waktu tidak terbuang sia-sia karena menunggu sesuatu, maka management waktu dan tata laksana project dan pekerjaan berperan penting dalam kehidupan kita.

4.N = Non Utilized resources

Non utilized resources, terjemahan bebasnya: sumber daya yang tidak digunakan. Dalam system sering ditemukan sebuah peralatan ataupun seorang pekerja yang tidak diberdayakan secara optimal, tidak utilized, mungkin memiliki fungsi dan tugas tapi tidak termanfaatkan secara proporsional sesuai dengan kapasitasnya.

Contoh : untuk melakukan pekerjaan seorang operator, dibebankan kepada seorang Foreman. Atau untuk mengangkut beban 5 kg, dibebankan pada truk dengan daya angkut 5 ton. Proses pengangkutan tetap efektif berjalan tapi di dalamnya sudah terjadi pemborosan akibat adanya energy yang berlebihan dan tidak termanfaatkan dengan baik.

Implementasi dalam kehidupan kita adalah adanya talenta ataupun energy dalam diri kita, yang tidak termanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif. Seharusnya kita mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, tapi kita hanya melakukan yang biasa-biasa saja.

Kita sering membatasi diri dan merasa tidak mampu untuk menggapai impian kita, yang kita anggap terlalu berlebihan. Padahal sebenarnya kita punya potensi untuk itu.

5.T=Transportation

Pemborosan yang diakibatkan transportasi karena jarak antara sebuah proses dengan proses selanjutnya sedemikian jauhnya, sehingga perlu transportasi. Padahal Transportasi itu tidak menghasilkan nilai tambah, tidak merubah sebuah benda menjadi benda lain yang memiliki nilai jual lebih.

Apa yang dapat kita ambil dari moda pemborosan yang satu ini, kita harus melakukan perjalanan yang benar benar efisien, dimana untuk mencapai sebuah perjalanan yang efektif harus direncanakan dengan baik.

Bersambung…. Salam Kaizen

Rabu, 10 Juni 2009

Iklan campaign SBY

“Dari sabang sampai merauke…..Indomie seleraku”. Demikian bunyi iklan sebuah produk mie cepat saji yang sering ditayangkan di televisi.

Akhir-akhir ini, seiring dengan dimulainya campaign “Capres & Cawapres” 2009, muncul iklan dengan syair yang berbeda tapi memiliki nada dan irama yang sama dengan iklan “indomie” tersebut. Sair ‘Indomiea seleraku’ diganti ‘SBY Presidenku’. Dari syair tersebut dapat dipastikan pengiklanya adalah kubu Pak SBY.
Belakangan diketahui memang ada alasan dari pihak Capres pengiklan ini untuk “meminjam” nada dan irama tersebut dari pemilik produk mie cepat saji tersebut.

Yang ingin saya bahas dalam artikel ini bukanlah mengapa iklan ini dibuat sedemikian dengan alasan tertentu yang jelas-jelas adalah hak setiap pengiklan , tapi esensi dari pada iklan tersebut.

Kalau kita perhatikan, biasanya sebuah produk mengambil dua cara dalam beriklan. Bisa iklan langsung mengenai produknya,bisa juga iklan yang mengambil thema yang tidak ada kaitanya dengan produk yang diiklankan. Kemudian, untuk mengkomunikasikan iklan, agar menarik dan diminati konsumen, diambillah ‘endorser’ yang diyakini ‘menarik’ pula.

Contoh: Iklan operator selular Pro XL memakai endorser Luna Maya, dengan alasan endorser yang satu ini cantik, cerdas, dan terkenal. Tujuan akhir diharapkan agar setiap konsumen menggemari Pro XL, seperti layaknya terhadap Luna Maya.

Kira-kira begitu esensi dari pada beriklan secara umum.

Nah, dalam Iklan Pak SBY, apa produk yang ingin diiklankan ? Ya pastilah Pak SBY sendiri selaku Capres.Agar orang suka, dan memilihnya. Siapa endorsernya? Ya audio ( baca: lagu iklan yang nada dan iramanya sama dengan iklan Indomie ) dan video yang ada dalam iklan tersebut.

Tapi apakah sesederhana itu? Apakah orang akan mengingat di memory mereka siapa bintang iklanya? Atau apakah orang menangkap esensi dari gambar iklan itu? Belum tentu . Secara umum memory orang akan ingat lagu “Indomie” yang sudah lama dan lebih dahulu mengendors produknya lewat lagu ini.

Kemungkinan besar setiap pemirsa iklan ini, akan selalu ingat “indomie”. Karena di memory pemirsa nada dan irama iklan ini identik dengan Indomie. Dengan kata lain , jangan salahkan jika orang mengasosiasikan ataupun mengartikan bahwa Capres memiliki korelasi dengan Indomie.

Yang lebih parah lagi bila orang beranggapan kalau Indomie itu identik dengan Indonesia ( baca : BUMN ) , atau bahkan perusahaan Pak SBY.
Satu kemungkinan lagi , jika SBY terpilih jadi Presiden, bisa jadi omset Indomie akan menukik naik dengan drastis. Jika tidak terpilih? Apakah orang enggan makan Indomie? Ha ha ha. Atau orang akan enggan memilih SBY pada Pilpres yang akan datang karena tidak suka makan Indomie?

Semua teka-teki ini memang sangat nisbi dan relative. Yang penting, menurut saya agar Capres dan Cawapres berhati hati memilih endorsernya dalam iklan ataupun campaign dalam berbagai media.

Tapi selaku tetangga Beliau saya ucapkan selamat Berkampanye kepada Pak SBY. Salam Kaizen

Senin, 08 Juni 2009

Pembelajaran terhadap perbedaan

SD St.Lusia BEKASI, 6 Juni 2009

Anak saya mengernyitkan dahi, dan kemudian tertawa sejadi-jadinya begitu saya menjawab pertanyaanya :
“Pa kenapa sih budaya kita berbeda-beda?”

Bagaimana gerangan jawaban saya sehingga “menggelitik” bagi Angga anak saya?

Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup, yang jatuh pada tanggal 5 juni 2009 yang lalu , SD Santa Lusia tempat anak saya menuntut ilmu mengadakan sebuah acara akbar.

Acara diadakan pada hari sabtu, tanggal 6 Juni yang lalu dengan nama “Pentas Seni dan Budaya SD St. Lusia BEKASI” Tahun 2009.
Tidak ada yang istimewa dalam acara ini, karena formatnya tidak jauh berbeda dengan perayaan sejenis yang diadakan tiap Tahun.

Kesan pertama ketika memasuki kompeks sekolah di bilangan Bantar Gebang / Rawa lumbu tersebut, membludaknya orang, dan tempat parkir yang padat penuh terisi oleh kendaraan.

Kesan kedua adalah; nuansa “Nusantara” yang merambat di atmosfir melalui alunan musik tradisionil yang terdengar mengalun dari pelataran parkir.
Setelah mendapatkan tempat duduk, kami sekeluarga menikmati pagelaran yang dihidangkan oleh panitia.

Tahun ini anak saya “mogok” tampil menyanyi, dengan alasan kurang persiapan. Saya berusaha untuk menghormati keputusan anak. Lain hal dengan istri yang tidak henti-hentinya bergumam karena sedikit kesal pada anak.
“Tu teman-teman kamu pada tampil , kenapa kamu tidak ikutan, padahal Pak guru sudah kasih kamu kesempatan, kamunya aja yang gak mau latihan”. Keluh istri seraya meng”aplaus” penampilan seorang anak yang membawakan lagu daerah.

Dimulai dengan lagu Batak yang dikumandangkan oleh anak perempuan kelas 4 . Sebelum solois mulai, M/C memberikan narasi tentang lagu yang akan dilantunkan.
“Hadirin yang terhormat, inilah lagu dari daerah batak “ Inaaang” , dengan thema perjuangan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, tepuk tangan…”
Lagu pun melantun…, diakhiri “keprokan” tangan yang meriah …

Acara berikutnya adalah tarian dari daerah batak karo dengan “piso surit”, Padang , Aceh dengan “ding-ding bading-ding”, Jawa Barat dengan “manuk nadali”… hingga semua wawasan Nusantara di pentaskan melalui tarian, lagu , dan konser pianika, angklung hingga Kolintangnya Sulawesi Utara.

Yang sangat menarik adalah acara Monolog yang menampilkan Kebanggaan akan etnik sendiri, dan menganggap etnik yang lain tidak lebih hebat.
Begini susunan acara monolognya:

Batak: “Aku orang batak bah, aku adalah suku yang paling hebat di Indonesia, paling pintar bernyanyi, sebut saja “alusi au”,”marragam-ragam”,”situmorang” siapa yang tak tau”

Betawi: Aye orang betawi, suku asli Jakarte tapi udeh lame menetep di Bekasi, Suku kami paling terkenal, seterkenal “ondel-ondel”. Siapa sih yang tidak kenal Ondel-ondel? Apa lagi kerak Telor ?

Sunda: Abdi teu urang sunda, saha nu teu nyaho urang sunda, nu jago jaipongan? Abdi nu pang hebatna Euy!

Manado: Torang jago Bajoget,manyanyi,badansa , kita pe suku so terkenal.

Cina :Owe punya Kung Fu dan kuntau sudah terkenal ha, kita punya suku paling jago dagang ha…

Begitulah cuplikan monolog etnik dari seluruh bangsa ini ditampilkan dengan penuh makna yang dalam sebenarnya, tapi belum tentu bagi anak saya yang kelas 5 SD.

Sehingga muncullah pertanyaan yang saya jelaskan di awal tulisan ini.
“Pa kenapa sih budaya kita berbeda-beda?”
Lantas saya jawab simple:
“Nak kalau budaya semua orang itu sama , ibarat wajah kamu aja, bagaimana bingungnya Papa kalau wajah semua temanmu sama dengan kamu?” jawab saya dengan lirihnya

Dia diam sejenak……ha ha ha ha dia terbahak bahak sejadi-jadinya.

Setelah tawanya reda, saya jelaskan lagi “pembelajaran” ini:

“Nak!, utulah rahasia Tuhan menciptakan Budaya Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetap satu, Itu pula sebabnya kita harus menghargai Perbedaan itu, kebayangkan kalau semua orang wajahnya sama, seleranya sama, semua-muanya sama, bukanya kesejahteraan yang datang, bisa-bisa kekacauan yang akan datang”.

Mari kita hargai perbedaan, dengan cara dan ciri yang berbeda-beda tapi memiliki esensi yang sama. Salam Sukses

Jumat, 05 Juni 2009

Sukses itu suatu keharusan

Judul tulisan saya kali ini sangat “biasa” dan sangat jauh dari “luar biasa”. Mengapa begitu? Karena kata-kata “sukses” sudah sering didengar oleh semua orang, belum tentu menarik।

Tapi apa alasan saya agar anda tetap melanjutkan membaca tulisan ini?
Mengapa saya “berani” menyatakan bahwa sukses itu adalah suatu keharusan, bukan suatu pilihan?.

Begini penjelasan saya।

Pada akhir tahun 2008 yang lalu, saya diajak oleh teman menyaksikan sebuah film yang luar biasa। Judulnya “Life without limb”. Jauh-jauh hari saya sudah di”invite” oleh teman saya itu, waktu dan tempat pun sudah diinformasikan secara rinci.

Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan event yang akan diadakan oleh teman saya ini। Bahkan arti dari pada judul tersebut pun tak saya pahami Dalam hati saya mengatakan ; “paling juga Film action seperti biasanya”

Singkat cerita pada hari “H”, pada saat pertunjukan dimulai, muncul sebuah film yang berformat “documenter”, yang menceritakan kisah Mr Nick .Respon saya masih biasa-biasa saja, sambil membaca prolog di layar, saya hanya “melirik” santai.

Tiba-tiba terjadi suatu hal yang “luar biasa” dalam diri saya karena actor yang muncul dalam film ini memang luar biasa, alias lain dari actor pada umumnya.
Kali ini muncul actor yang membuat saya heran , sebab orangnya tidak memiliki “tungkai” ( limb ), tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, hanya punya perut dan kepala.

Pada tahap awal pertunjukan diceritakan bagaimana Mr.Nick menjalani hidup sehari-hari; mulai dari menyikat gigi dengan sikat gigi yang telah dirancang khusus untuk Nick, berjalan di dalam rumah menggunakan “mobil” khusus, demikian juga aktivitas browsing di internet dia lakukan dengan bakal tungkai kaki ( sebenarnya kaki Nick tumbuh beberaya senti, menyerupai tangan) , bahkan yang paling mengejutkan “penonton” saat Nick melompat ke dalam kolam renang.

Pada pertengan diceritakan bagaimana dulunya Nick hampir putus asa, ingin bunuh diri karena menyesali mengapa dilahirkan ke dunia dengan cacat yang sedemikian menyiksa lahir dan bathin.

Titik kulminasi kehidupan Nick adalah munculnya semangat hidup, dan rasa ingin “SUKSES” karena dia berfikir tidak ada gunanya menangisi keadan tanpa adanya usaha untuk merubah diri. Ditangisi pun ber jam-jam setiap hari, keadaan tidak akan berubah.

Alhasil dengan bantuan keluarga dan berbagai pihak Nick menemukan “Jati diri”, bahwa dia sesungguhnya Luar Biasa. Luar Biasanya adalah karena memiliki ke unikan, dia merubah "kekurangan" menjadi "kelebihan".

Singkat cerita Nick berhasil mencapai impianya menjadi pembicara yang luar biasa, memiliki rumah yang besar hasil keringat sendiri, bahkan diceritakan dia akan membeli satu rumah lagi, memiliki sejumlah saham di pasar modal dan seterusnya.
Teman, Mengapa saya katakana bahwa sukses adalah suatu keharusan, karena Nick yang invalid berat saja bisa sukses. Apa lagi kita yang diberi Tuhan organ tubuh yang lengkap? Salam SUKSES.