Senin, 08 Juni 2009

Pembelajaran terhadap perbedaan

SD St.Lusia BEKASI, 6 Juni 2009

Anak saya mengernyitkan dahi, dan kemudian tertawa sejadi-jadinya begitu saya menjawab pertanyaanya :
“Pa kenapa sih budaya kita berbeda-beda?”

Bagaimana gerangan jawaban saya sehingga “menggelitik” bagi Angga anak saya?

Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup, yang jatuh pada tanggal 5 juni 2009 yang lalu , SD Santa Lusia tempat anak saya menuntut ilmu mengadakan sebuah acara akbar.

Acara diadakan pada hari sabtu, tanggal 6 Juni yang lalu dengan nama “Pentas Seni dan Budaya SD St. Lusia BEKASI” Tahun 2009.
Tidak ada yang istimewa dalam acara ini, karena formatnya tidak jauh berbeda dengan perayaan sejenis yang diadakan tiap Tahun.

Kesan pertama ketika memasuki kompeks sekolah di bilangan Bantar Gebang / Rawa lumbu tersebut, membludaknya orang, dan tempat parkir yang padat penuh terisi oleh kendaraan.

Kesan kedua adalah; nuansa “Nusantara” yang merambat di atmosfir melalui alunan musik tradisionil yang terdengar mengalun dari pelataran parkir.
Setelah mendapatkan tempat duduk, kami sekeluarga menikmati pagelaran yang dihidangkan oleh panitia.

Tahun ini anak saya “mogok” tampil menyanyi, dengan alasan kurang persiapan. Saya berusaha untuk menghormati keputusan anak. Lain hal dengan istri yang tidak henti-hentinya bergumam karena sedikit kesal pada anak.
“Tu teman-teman kamu pada tampil , kenapa kamu tidak ikutan, padahal Pak guru sudah kasih kamu kesempatan, kamunya aja yang gak mau latihan”. Keluh istri seraya meng”aplaus” penampilan seorang anak yang membawakan lagu daerah.

Dimulai dengan lagu Batak yang dikumandangkan oleh anak perempuan kelas 4 . Sebelum solois mulai, M/C memberikan narasi tentang lagu yang akan dilantunkan.
“Hadirin yang terhormat, inilah lagu dari daerah batak “ Inaaang” , dengan thema perjuangan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, tepuk tangan…”
Lagu pun melantun…, diakhiri “keprokan” tangan yang meriah …

Acara berikutnya adalah tarian dari daerah batak karo dengan “piso surit”, Padang , Aceh dengan “ding-ding bading-ding”, Jawa Barat dengan “manuk nadali”… hingga semua wawasan Nusantara di pentaskan melalui tarian, lagu , dan konser pianika, angklung hingga Kolintangnya Sulawesi Utara.

Yang sangat menarik adalah acara Monolog yang menampilkan Kebanggaan akan etnik sendiri, dan menganggap etnik yang lain tidak lebih hebat.
Begini susunan acara monolognya:

Batak: “Aku orang batak bah, aku adalah suku yang paling hebat di Indonesia, paling pintar bernyanyi, sebut saja “alusi au”,”marragam-ragam”,”situmorang” siapa yang tak tau”

Betawi: Aye orang betawi, suku asli Jakarte tapi udeh lame menetep di Bekasi, Suku kami paling terkenal, seterkenal “ondel-ondel”. Siapa sih yang tidak kenal Ondel-ondel? Apa lagi kerak Telor ?

Sunda: Abdi teu urang sunda, saha nu teu nyaho urang sunda, nu jago jaipongan? Abdi nu pang hebatna Euy!

Manado: Torang jago Bajoget,manyanyi,badansa , kita pe suku so terkenal.

Cina :Owe punya Kung Fu dan kuntau sudah terkenal ha, kita punya suku paling jago dagang ha…

Begitulah cuplikan monolog etnik dari seluruh bangsa ini ditampilkan dengan penuh makna yang dalam sebenarnya, tapi belum tentu bagi anak saya yang kelas 5 SD.

Sehingga muncullah pertanyaan yang saya jelaskan di awal tulisan ini.
“Pa kenapa sih budaya kita berbeda-beda?”
Lantas saya jawab simple:
“Nak kalau budaya semua orang itu sama , ibarat wajah kamu aja, bagaimana bingungnya Papa kalau wajah semua temanmu sama dengan kamu?” jawab saya dengan lirihnya

Dia diam sejenak……ha ha ha ha dia terbahak bahak sejadi-jadinya.

Setelah tawanya reda, saya jelaskan lagi “pembelajaran” ini:

“Nak!, utulah rahasia Tuhan menciptakan Budaya Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetap satu, Itu pula sebabnya kita harus menghargai Perbedaan itu, kebayangkan kalau semua orang wajahnya sama, seleranya sama, semua-muanya sama, bukanya kesejahteraan yang datang, bisa-bisa kekacauan yang akan datang”.

Mari kita hargai perbedaan, dengan cara dan ciri yang berbeda-beda tapi memiliki esensi yang sama. Salam Sukses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar