Rabu, 10 Juni 2009

Iklan campaign SBY

“Dari sabang sampai merauke…..Indomie seleraku”. Demikian bunyi iklan sebuah produk mie cepat saji yang sering ditayangkan di televisi.

Akhir-akhir ini, seiring dengan dimulainya campaign “Capres & Cawapres” 2009, muncul iklan dengan syair yang berbeda tapi memiliki nada dan irama yang sama dengan iklan “indomie” tersebut. Sair ‘Indomiea seleraku’ diganti ‘SBY Presidenku’. Dari syair tersebut dapat dipastikan pengiklanya adalah kubu Pak SBY.
Belakangan diketahui memang ada alasan dari pihak Capres pengiklan ini untuk “meminjam” nada dan irama tersebut dari pemilik produk mie cepat saji tersebut.

Yang ingin saya bahas dalam artikel ini bukanlah mengapa iklan ini dibuat sedemikian dengan alasan tertentu yang jelas-jelas adalah hak setiap pengiklan , tapi esensi dari pada iklan tersebut.

Kalau kita perhatikan, biasanya sebuah produk mengambil dua cara dalam beriklan. Bisa iklan langsung mengenai produknya,bisa juga iklan yang mengambil thema yang tidak ada kaitanya dengan produk yang diiklankan. Kemudian, untuk mengkomunikasikan iklan, agar menarik dan diminati konsumen, diambillah ‘endorser’ yang diyakini ‘menarik’ pula.

Contoh: Iklan operator selular Pro XL memakai endorser Luna Maya, dengan alasan endorser yang satu ini cantik, cerdas, dan terkenal. Tujuan akhir diharapkan agar setiap konsumen menggemari Pro XL, seperti layaknya terhadap Luna Maya.

Kira-kira begitu esensi dari pada beriklan secara umum.

Nah, dalam Iklan Pak SBY, apa produk yang ingin diiklankan ? Ya pastilah Pak SBY sendiri selaku Capres.Agar orang suka, dan memilihnya. Siapa endorsernya? Ya audio ( baca: lagu iklan yang nada dan iramanya sama dengan iklan Indomie ) dan video yang ada dalam iklan tersebut.

Tapi apakah sesederhana itu? Apakah orang akan mengingat di memory mereka siapa bintang iklanya? Atau apakah orang menangkap esensi dari gambar iklan itu? Belum tentu . Secara umum memory orang akan ingat lagu “Indomie” yang sudah lama dan lebih dahulu mengendors produknya lewat lagu ini.

Kemungkinan besar setiap pemirsa iklan ini, akan selalu ingat “indomie”. Karena di memory pemirsa nada dan irama iklan ini identik dengan Indomie. Dengan kata lain , jangan salahkan jika orang mengasosiasikan ataupun mengartikan bahwa Capres memiliki korelasi dengan Indomie.

Yang lebih parah lagi bila orang beranggapan kalau Indomie itu identik dengan Indonesia ( baca : BUMN ) , atau bahkan perusahaan Pak SBY.
Satu kemungkinan lagi , jika SBY terpilih jadi Presiden, bisa jadi omset Indomie akan menukik naik dengan drastis. Jika tidak terpilih? Apakah orang enggan makan Indomie? Ha ha ha. Atau orang akan enggan memilih SBY pada Pilpres yang akan datang karena tidak suka makan Indomie?

Semua teka-teki ini memang sangat nisbi dan relative. Yang penting, menurut saya agar Capres dan Cawapres berhati hati memilih endorsernya dalam iklan ataupun campaign dalam berbagai media.

Tapi selaku tetangga Beliau saya ucapkan selamat Berkampanye kepada Pak SBY. Salam Kaizen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar